-ini merupakan sebuah rangkuman
dari liqo saya bersama Andi, Muhai, Raka, dengan mentor Imam. Di suatu pagi
menjelang siang. Bertempat di gerbong (entah gerbong berapa) kereta
Bogor-Jakarta Kota-
Perasaan. Satu kata yang mampu
mengekspresikan bagaimana kondisi kita, bukan kondisi dalam konteks hal fisik,
melainkan dalam konteks kejiwaan, emosional kita. Menurut Yogaswara (2014), perasaan merupakan
suatu kondisi emosi yang terbagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi rasa dan
dimensi logika. Karena sudah dibagi menjadi dua dimensi, tentu saja terdapat
perbedaan di antara kedua dimensi tersebut.
Pernah ga kalian ngelakuin hal over
atau berlebihan pada saat suasana hati kalian dalam tingkat “yang sangat-sangat”??
yang bahkan kalian pun ga sadar kenapa bisa sampe kaya gitu, kenapa bisa
begitu, kenapa oh kenapa.
Pernah ga kalian merasakan pada
suatu waktu kalian lebih bersemangat dari biasanya? Seperti yang biasanya
kalian males banget kuliah pagi namun semenjak ada “seseorang” yang “mengisi”
hidup dan kekosongan hati kalian, kalian jadi semangaaaat banget kuliah pagi. Bukan
hanya itu, kalian pun jadi terpacu ikut segala kegiatan yang ada doi nya. Ya bahkan
yang seharusnya ga ada doi di dalam acara kalian pun, kalian sebisa mungkin
ngada-ngadain supaya doi bisa ikut dalam acara kalian tersebut. ahh
Pernah ga kalian merasa benciiiii
banget sama sesuatu sehingga depresi dan ingin meluapkannya dengan menjerit,
menangis, atau hal bodoh lainnya? Misalnya ketika kalian tiba-tiba diputusin
sang pacar di suatu tempat lalu kalian pulang ke rumah dengan lari-lari sambil
nangis di jalan-,- freak kan? Dan setelah sampe rumah kalian menyadari bahwa
perjalanan dari TKP ke rumah sangat jauh dan kalian berhasil menempuhnya dalam
waktu kurang lebih 3 jam.
Pernah ga kalian suka sama orang? Dan
kalian sangat-sangat-sangat ingin menjadikannya pacar. Dan ketika kalian
(syukur-syukur) pacaran sama si doi, apakah kalian pernah ngebayangin gimana
rasanya sakit pas putus sama doi ga? Tentu saja ga kan? Kalian hanya memandang
kebahagiaan yg akan kalian lalui bersama si doi? Kalian ga bener-bener mikirin
kemungkinan-kemungkinan buruk yang sekiranya akan terjadi
Yap ketiga contoh tersebut,
merupakan contoh dari dimensi rasa. Bisa disimpulkan kah dimensi rasa tersebut?
Dimensi rasa merupakan suatu
dimensi dimana kondisi emosional kalian meletup-letup macam anak labil. Lebih melihat
ke arah kebahagiaan yang kalian dapatkan, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor
lain di sekitar kalian. Ya intinya kalian lebih membiarkan napsu hati kalian
menguasai diri kalian. Yak, bahasa to the pointnya sih: egois.
Beda dengan dimensi logika. Yak pada
dimensi ini, kalian akan merasakannya setelah dimensi rasa. Dimana rasa
menggebu-gebu kalian mulai menurun.
Contoh:
Dimensi rasa à kalian suka sama orang. Merasa “ih dia tuh cocok
banget sama gue, dia blablabla, dan gue blablabla. Cocok banget lah. Mana asik
pula orangnya, ngomongnya nyambung sama gue”. lalu pdkt lah kalian. Seiring berjalannya
waktu, emosi suka sama dia meningkat-meningkat-dan meningkat hingga sampai
puncaknya, kalian menyatakan perasaan kalian ke si doi. Dan voila kalian
jadian!
Dimensi logika à Setelah jadian tiba-tiba kalian baru merasa melihat
sisi lain dari si doi yang menyebalkan. Awalnya sih kalian (karena masih dalam
dimensi rasa) biasa-biasa aja. Eh, lama-kelamaan you can’t stand it anymore dan
rasa suka kalian yang awalnya menggebu itu terus menurun karena sisi lain doi
yang menyebalkan. Sampai akhirnya kalian tersadar “dia ga cocok sama gue”
Sebenernya sih, dimensi logika ga
selamanya akan muncul setelah dimensi rasa “terpenuhi”. Ingat, dimensi rasa
hanyalah ego semata. untuk beberapa orang, ada yang mampu langsung
mengendalikan dimensi rasa sehingga mengarah ke dimensi logika
Yak, contoh: ketika kalian mulai
sadar kalian memiliki perasaan berlebih kepada lawan jenis. Coba dipikirkan
lagi kalian suka apanya? Emang suka orangnya atau suka akan situasi yang ada? Kalian
memang suka asli pure orangnya atau karena kondisi dimana si doi bisa bikin
kalian ketawa lepas? Gue pantes ga ya buat dia? Gue udah siap belom ya? Dia bahagia
ga ya sama gue? yak kira-kira begitulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari
dimensi logika. Ini ga lebay kok, Cuma ya lebih visioner mikirin masa depan lah
ya…
Jadi ya
sebenernya kedua dimensi ini ga bermasalah kok. Dua-duanya manusiawi kok. Manusiawi
kok ketika kita sedang dalam dimensi rasa. Wajar ah. Bahkan ketika kita
melakukan hal-hal yang gila demi doi. Gapapa itu wajar. Semua orang pernah
labil kan ga bisa ngontrol perasaan mereka di dimensi rasa? Biarkanlah dimensi
rasa dan dimensi logika berjalan beriringan. Biarkan saling tumbuh sesuai
dengan porsinya masing-masing. Biarkan tumbuh alami
Segila-gilanya hal yg kalian lakuin ke doi
harusnya ya seimbang sama hal yang udah kalian lakuin ke keluarga ya. Kalo buat
si doi aja kalian all out, kenapa sama keluarga ga? Family should come first :D
Lanjutkan nulisnya nau, gaya tulisan lu keren hehe,
BalasHapuswihiiy makasih maaam :D
BalasHapus